Senin, 19 Agustus 2019

DU68: Surga Bagi Para Pecinta Rilisan Musik Klasik

Beberapa bulan kemarin, gue pergi ke Bandung dalam rangka ingin menyaksikan secara live Mbak Vira Talisa manggung di sebuah universitas pendidikan paling terkenal di Bandung. 

Sesaat sampai di Bandung, gue punya satu permintaan ke temen gue yang nge-kost dan kuliah di Bandung, “Anterin gue ke Dipati Ukur, ke DU 68”. Gue tahu tempat itu sudah lama, tapi baru kesampaian saat itu. 

DU 68 adalah sebuah toko kaset atau piringan hitam yang ada di Dipati Ukur. Tempatnya kecil sih, karena berada di lantai dua kios seberang SPBU bernomor '68'. Itulah kenapa namanya DU 68. Kalau kalian sudah berada di depan toko, gue bakal jamin kepala kalian bakal naik-turun menyusuri rak-rak yang berisi kaset-kaset baik dari tahun 70-an sampai tahun 2000-an. Ada juga rak khusus piringan hitam untuk band-band baru, untuk piringan hitam rata-rata ada di wadah yang diletakkan di lantai.

Source: Google.com
Foto pribadi ada di HP. Males pindahin. Hehehehe.

 

Gue sendiri agak kewalahan mencari kaset incaran: 'The Masterplan' milik Oasis dan 'Untitled' milik Skid Row. Tapi untungnya, sang pemilik toko membantu gue dalam pencarian kaset tersebut.

Mas Vickry namanya. Hampir mirip nama gue. Dia sudah mengoleksi kaset-kaset tersebut dari sejak dia kecil (Oh iya, gue lupa bilang kalau semua kaset di sana adalah koleksi pribadi yang dijual). Pengetahuannya tentang musik juga membuat gue geleng-geleng kepala, jadi gue di sana lumayan ngobrol cukup lama tentang musik. Karena dia, gue jadi tahu kalau musik pop Indonesia di tahun 80-an ter-influence oleh musik pop Jepang di tahun yang sama. Jadi, saat gue pulang ke Karawang, gue mengantongi nama-nama musisi pop Jepang tahun 80-an: Anri, Junko Ohashi, Tatsuro Yamashita, Mariya Takeuchi, dll.

Sound system di sana pun gak main-main. Dari tapedeck, amplifier, speaker, sampai pemutar piringan hitam yang gue tahu harganya bukan kaleng-kaleng. Karena hal itu juga, gw jadi betah berlama-lama di sana (Karena sang pemilik selalu memutar lagu baik dari kaset maupun piringan hitam)

Jadi, setiap ke Bandung, gue selalu meluangkan waktu untuk mengunjungi DU 68. Entah untuk beli kaset, ataupun iseng mendengarkan musik dari piringan hitam dengan sound system yang wah.
Share: