Dulu pada tahun 80'an, musisi Indonesia (terutama band) yang sudah masuk dapur rekaman sudah diakui kualitas nya. Hal itu karena recording pada jaman dulu masih bersifat Analog, jadi kalo misal salah satu instrument yang "meleset" nadanya walaupun sudah diujung lagu, maka proses recording harus dimulai dari AWAL. Yak dari awal mereka rekam lagunya sampai benar benar sempurna.
Karena pada sistem analog recording storage track itu terbatas banget, jadi musisi bisa berkreasi menciptakan lagu yang bagus dengan minim instrument. Dan hasilnya direkam dengan alat yang namanya "phonograph record", atau biasa orang nyebutnya "Piringan Hitam"
Berbeda dengan Recording jaman sekarang yang bersifat "Digital", dimana kalian bisa rekam atau membuat lagu kalian sendiri dengan software arranger atau biasa disebut DAW (Digital Audio Workstation) dengan bermodalkan laptop. Disana banyak alat musik virtual baik itu Drum, Gitar, Piano, Bass dll. Kalian juga bisa mengulang bagian yg menurut kalian "meleset" tanpa harus mulai dari awal.
Tapi,dengan adanya software ini membuat suasana recording ini "Ricuh", karena bakal melenceng dari materi awal lagu yang akan direkam, karena bakal ada godaan untuk menambah bagian dalam lagu yang sebetulnya tidak perlu.
Menurut pengalaman gue recording menggunakan sistem Digital (karena memang pada dasarnya gw gak bisa coba recording sistem Analog, karena mahal dan jarang ada tempat yang menyediakan recording analog ini) terasa begitu mudah sekali, gue bisa bawa file hasil record nya kerumah lalu gue bisa mixing dan mastering dirumah.
But, namanya juga hidup, kita harus berkembang layaknya sistem recording ini yang sudah mulai memudahkan para musisi untuk menyalurkan hasrat nya dan ide pikirannya.
Jadi pada jaman dulu rekaman itu menjadi barang mewah karena hanya musisi bertalenta saja yang bisa masuk dapur rekaman, kalo sekarang sih udah kayak beli gorengan :D.