Minggu, 06 Oktober 2019
Senin, 19 Agustus 2019
DU68: Surga Bagi Para Pecinta Rilisan Musik Klasik
Sesaat sampai di Bandung, gue punya satu permintaan ke temen gue yang nge-kost dan kuliah di Bandung, “Anterin gue ke Dipati Ukur, ke DU 68”. Gue tahu tempat itu sudah lama, tapi baru kesampaian saat itu.
DU 68 adalah sebuah toko kaset atau piringan hitam yang ada di Dipati Ukur. Tempatnya kecil sih, karena berada di lantai dua kios seberang SPBU bernomor '68'. Itulah kenapa namanya DU 68. Kalau kalian sudah berada di depan toko, gue bakal jamin kepala kalian bakal naik-turun menyusuri rak-rak yang berisi kaset-kaset baik dari tahun 70-an sampai tahun 2000-an. Ada juga rak khusus piringan hitam untuk band-band baru, untuk piringan hitam rata-rata ada di wadah yang diletakkan di lantai.
Gue sendiri agak kewalahan mencari kaset incaran: 'The Masterplan' milik Oasis dan 'Untitled' milik Skid Row. Tapi untungnya, sang pemilik toko membantu gue dalam pencarian kaset tersebut.
Mas Vickry namanya. Hampir mirip nama gue. Dia sudah mengoleksi kaset-kaset tersebut dari sejak dia kecil (Oh iya, gue lupa bilang kalau semua kaset di sana adalah koleksi pribadi yang dijual). Pengetahuannya tentang musik juga membuat gue geleng-geleng kepala, jadi gue di sana lumayan ngobrol cukup lama tentang musik. Karena dia, gue jadi tahu kalau musik pop Indonesia di tahun 80-an ter-influence oleh musik pop Jepang di tahun yang sama. Jadi, saat gue pulang ke Karawang, gue mengantongi nama-nama musisi pop Jepang tahun 80-an: Anri, Junko Ohashi, Tatsuro Yamashita, Mariya Takeuchi, dll.
Sound system di sana pun gak main-main. Dari tapedeck, amplifier, speaker, sampai pemutar piringan hitam yang gue tahu harganya bukan kaleng-kaleng. Karena hal itu juga, gw jadi betah berlama-lama di sana (Karena sang pemilik selalu memutar lagu baik dari kaset maupun piringan hitam)
Jadi, setiap ke Bandung, gue selalu meluangkan waktu untuk mengunjungi DU 68. Entah untuk beli kaset, ataupun iseng mendengarkan musik dari piringan hitam dengan sound system yang wah.
Minggu, 23 Juni 2019
Musik Elektronik Yang Menghentak Dari Mantra Vutura Dalam EP 'Solar Labyrinth'
Ada yang bikin gue terpukau dalam solo keyboard milik Tristan. Ya. Sound keyboard-nya mengingatkan gue akan Daft Punk, duo elektronik asal Prancis. Gue sampai mengulang bagian solo hanya untuk memastikan kalau gue gak salah dengar. Ternyata memang sound-nya mirip dengan synthesizer yang biasa dipakai Daft Punk dalam album-albumnya.
Lalu apa hubungannya EP ini dengan Daft Punk? Hmmm... Mari kita bahas.
Sebenarnya gak ada sih hubungannya. HAHAHAHAHA.
Mari kita bahas dari segi musik aja ya. Di EP ini, ada total lima lagu. Dari lima lagu ini mempunyai "cita rasa" yang sama. Bisa gue bilang musik-musik di EP ini merujuk ke house music. Beberapa temen gue bilang "Ini musik cocoknya buat scoring film. Yaaa... Gue bisa menyetujui hal itu. Musik yang terasa ada orkestra, (Oh iya, Tristan Juliano ini anak dari Addie MS dan Memes, dan juga adik dari Kevin Aprillio. Itu lho yang selalu nge-tweet 'mandi biar seksi') adanya tambahan perkusi bikin musik jadi punya warna beda dan terasa ethnic. Dari trek pertama, gue udah merasakan "gelap" dalam musik-musiknya. Bassline dan kick drum yang bikin kepala goyang. Sumpah. Gue ngetik ini yang gerak gak cuma jari, tapi kepala juga ikut gerak.
Dari trek awal sampai terakhir gue sangat... sangat... menikmati. Cocok buat menemani santai sore.
Sedikit curhat, mendengarkan album ini membuat gue nostalgia ke masa-masa SMK kelas 2. Saat itu gue suka dengerin musik-musiknya Daft Punk dan ngulik aplikasi FL Studio. Gue mencoba membuat musik seperti Daft Punk. Hampir ada 9 lagu kalau gak salah, dan udah gue upload di Soundcloud waktu itu. Sekarang udah gak bisa kalian dengar, soalnya trek-trek itu udah gue private. Hahahaha. Ada beberapa alasan trek-trek itu tidak dipublikasikan. Tapi paling utama adalah: Malu.
Trek yang gue buat dulu masih kasar. Gue belum paham sama sekali tentang mixing dan mastering yang membuat musik-musik yang gue bikin waktu itu masih sangat kasar. Sayangnya, file project musik-musik itu sudah hilang~ Jadi gue gak bisa memperbaiki dari segi aransemen dan kualitas.
Segitu dulu ya. Bingung soalnya mau bahas apa.
Dadah~
Minggu, 25 November 2018
Indie? Lagu Tentang Senja-Senjaan Itu?
“Beuhhh... musik Indie itu enak, Boi. Cocok didengerin sambil minum kopi item.” Mas Abodo, 19 tahun.
Selasa, 08 Mei 2018
Vicky's Mixtape
Jumat, 10 November 2017
Menggali Nostalgia Bersama The GazettE Lewat Album TRACES VOL. 2
Apa ada yang tau band The GazettE? Kalau ada yang belum tau, gue beritahu secara singkat siapa itu The GazettE.
The GazettE adalah band visual kei rock (nanti bakal gue bahas apa itu visual kei) asal Jepang yang berdiri tahun 2002 dan mengeluarkan album pertamanya tahun 2004.
Segitu aja cukup ya. Balik ke topik utama.
Gue baru tahu kalau ada album "TRACES VOL. 2" baru tadi (sejak tulisan ini ditulis) dan itupun tahu lewat aplikasi streaming lagu saat pengen coba dengerin lagi lagu-lagu dari The GazettE.
Album ini ternyata keluar di bulan Maret 2017 lalu. Berarti sudah cukup lama album ini beredar di pasaran (dasar kudet)
Setelah di cek daftar lagunya, ternyata semua lagunya ber-genre Ballad. Tau Ballad kan? Kalo di Indonesia mungkin "Sendu dan mendayu-dayu". Beberapa track favorit gue yaitu "Cassis" dan "Guren" masuk ke album kompilasi ini.
Yang menariknya di album ini adalah semua lagunya direkam dan di mixing ulang dengan alat yang mereka miliki sekarang. Dan ada pengurangan dan penambahan alat musik di beberapa judul lagu.
Sejujurnya, gue baru dengerin dua lagu diatas, tapi gue langsung merasa kagum dengan album ini karena semua daftar lagu di album ini di rekam ulang. Jadi terlihat keseriusan mereka di album ini.
Contoh ketika lagu "Cassis" di bagian intro, instrumen yang digunakan adalah piano, bukan gitar. Di bagian sebelum interlude lirik yang berbahasa Inggris itu diganti liriknya walaupun tidak semua diganti.
Dengan album ini, fans The GazettE bisa menikmati lagu lama tapi dikemas dengan rasa yang lebih segar dan memanjakan telinga.
Dan terakhir. Jangan kaget kalau kalian searching lagu lain dari band ini yang ternyata tergolong keras, karena memang pada dasarnya band ini ber-genre rock bahkan metal. Tapi silahkan dengarkan lagu "Cassis" yang dijamin bikin terbawa perasaan.
Rabu, 27 September 2017
Hadirnya Danny Worsnop Di Single Baru Asking Alexandria Yang Berjudul "Into The Fire"
Beberapa hari lalu, Asking Alexandria mengeluarkan single baru yang berjudul "Into The Fire" yang diunggah di kanal Youtube nya setelah sekian lama vakum saat sehabis album The Black rilis bersamaan dengan keluarnya Dennis Shaforostov dari Asking Alexandria (Yak... Namanya emang susah).
Seminggu sebelum lagu ini rilis, banyak tagar #IntoTheFire berseliweran di timeline Twitter gue. Ini membuat gue penasaran apakah maksud dari tagar tersebut.
Saat lagu ini sudah rilis di kanal Youtube resmi Summerian Record, gue langsung menjajal lagu terbaru dari Asking Alexandria tersebut. Jika lo berpikir lagu ini diisi dengan sound gitar yang berat, vokal scream dimana-mana, lo salah besar.
Hanya sedikit vokal scream, sound gitar pun tidak seberat album yang sebelumnya, tapi gue yakin tuning gitar dipakai cukup rendah di kisaran Drop C sampai Drop B, dan di lagu ini menekankan vokal murni sang Frontman yang terasa "menua".
Di bagian Pre-intro lagu ini terasa familiar, mirip seperti lagu The Black yang rilis sebelum lagu ini. Ketika memasuki bagian Intro, gitar dengan tuning rendah dibarengi dengan gebukan drum bikin pengen headbang.
Namun bagian yang paling menarik di lagu ini pasti bagian Breakdown. Vokal scream milik Danny Worsnop yang tidak segahar dulu menghentak bagian breakdown. Gitar, bass, dan drum selaras mengikuti tempo yang pelan namun mematikan.
Seiring berjalannya waktu, semua pasti akan tumbuh dewasa, Asking Alexandria adalah contohnya. Dari awal mereka berpenampilan emo dan musik hardcore nya dulu, kini mereka bertransformasi menjadi pria gondrong dengan badan penuh tato dan musik yang sudah mengikuti zaman namun tetap membawa ciri khas Asking Alexandria.
Bagi yang pengen dengerin lagunya, bisa lihat di bawah
(Gue ngetik ini lewat aplikasi Blooger di Handphone, gue gak tau cara nampilin video dari Youtube)

